Hadis Qudsi


Hadis Qudsi disebut juga Hadis Ilahi atau Rabbani. Dinamakan Qudsi (suci), Ilahi (Tuhan) dan Rabbani (Tuhan) karena ia bersumber dari Allah dan dinamakan hadis karena Nabi yang menceritakannya ari Allah swt. Kata Qudsi sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi hadis, sandaran hadis kepada Tuhan tidak menunjukkan kualitas hadis. Oleh karena itu tidak semua hadis Qudsi shahih, tergantung persyaratan periwayatan yang dipenuhinya.

Menurut istilah hadis Qudsi adalah:

كل حديث يضيـفـه الرسول صلى الله عليه وسلم إلى الله عـز وجـل

“Segala hadis yang disandarkan Rasul saw. kepada Allah ‘azza wa jalla”.[1]

Definisi ini menjelaskan bahwa Nabi hanya menceritakan berita yang disandarkan kepada Allah. Bentuk periwayatannya biasanya menggunakan kata-kata: Rasulullah saw. bersabda tentang apa yang diriwayatkan dari Allah swt. Misalnya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghiffari dari Nabi saw. seperti yang beliau riwayatkan dari Tuhannya, bahwa Allah swt berfirman:

يـا عبادي إني حـرمتُ الظـلمَ على نـفسي وجعلتُـه بيـنكم محـرما فلا تـظـالمـوا.

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan aniaya pada diri-Ku sendiri, dan Aku jadikan ia diharamkan diantara kalian. Karena itu janganlah kalian saling berbuat aniaya”.[2]

Perbedaan Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi

  1. Sandaran hadis Nabawi kepada Rasul saw. demikian pula yang menceritakannya. Sedang hadis Qudsi sandarannya kepada Allah, Nabi hanya menceritakan daripada-Nya.
  2. Hadis Nabawi sandarannya kepada Allah baik berbentuk wahyu secara langsung atau tidak. Hadis Qudsi wahyu langsung dari Allah.
  3. Hadis Nabawi lafaz dan maknanya dari Nabi. Hadis Qudsi maknanya dari Allah dan redaksinya dari Nabi.
  4. Al Quran merupakan mukjizat yang kekal, terpelihara dari berbagai distorsi dan pertukaran. Hadis Qudsi dan hadis Nabawi bukan mukjizat, tetapi sama-sama dipelihara Allah karena hadis merupakan penjelas (mubayyin) terhadap al Quran.
  5. Diharamkan meriwayatkan al Quran dengan makna yang dikandungnya saja.
  6. Disyariatkan membaca al Quran di dalam shalat.
  7. Redaksi al Quran dan maknanya dari Allah melalui wahyu yang jelas dan tegas. Hadis Qudsi hanya maknanya dari Allah, sedang redaksinya dari Nabi. Proses penyampaiannya melalui wahyu atau ilham, dan mimpi dalam tidur.
  8. Sejumlah kalimat bernama ayat, sejumlah ayat tertentu bernama surah dan sejumlah besar ayat bernama juz. Hadis Qudsi hanya terdiri dari sanad, matan dan periwayat hadis.
  9. Dan lain-lain.

Perbedaan Hadis Qudsi dan Al Quran

  1. Al Quran merupakan mukjizat yang kekal, terpelihara dari berbagai distorsi dan pertukaran. Hadis Qudsi dan hadis Nabawi bukan mukjizat, tetapi sama-sama dipelihara Allah karena hadis merupakan penjelas (mubayyin) terhadap al Quran.
  2. Diharamkan meriwayatkan al Quran dengan makna yang dikandungnya saja.
  3. Disyariatkan membaca al Quran di dalam shalat.
  4. Redaksi al Quran dan maknanya dari Allah melalui wahyu yang jelas dan tegas. Hadis Qudsi hanya maknanya dari Allah, sedang redaksinya dari Nabi. Proses penyampaiannya melalui wahyu atau ilham, dan mimpi dalam tidur.
  5. Sejumlah kalimat bernama ayat, sejumlah ayat tertentu bernama surah dan sejumlah besar ayat bernama juz. Hadis Qudsi hanya terdiri dari sanad, matan dan periwayat hadis.
  6. Dan lain-lain.

Kitab-Kitab Hadis Qudsi

Hadis Qudsi jumlahnya tidak terlalu banyak, yaitu sekitar 400 buah hadis tanpa terulang dalam sanad yang berbeda (ghair mukarrar). Ia tersebar dalam tujuh kitab induk hadis. Mayoritas kandungan hadis Qudsi adalah tentang akhlak, aqidah dan syari’ah. Diantara kitab hadis Qudsi adalah:

  1. Al Ahadis Al Qudsiyah. Diterbitkan oleh Jumhur Mesir al ‘Arabiyah, Wuzarah al Auqaf al Majlis al A’la li Syu’un al Islamiyah Lajnah al Sunnah Cairo.[3]
  2. Al Ithafat Al Saniyah bi Al Hadis Al Qudsiyah karangan Syeikh Aburra’uf ibn Ali Al Manawiy. Jumlahnya mencapai 272 hadis.[4]
  3. Al Farq baina Al Hadis Al Qudsiy wa Al Quran Al Karim wa Al Hadis Al Nabawi karya Nuh ibn Mustafa Al Hanafiy Al Qununiy.[5]
  4. Al Kalimah Al Thayyibah karya Ibn Taimiyah.
  5. Hadis Qudsi karya Mulla ‘Ali Al Qari.[6]

[1] Drs. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Diktat ‘Ulum Al-Hadits I (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2004), hal. 8.

[2] Lebih lengkap lihat Shahih Muslim Juz IV hal. 1944.

[3] Drs. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Diktat ‘Ulum Al-Hadits I, hal. 9.

[4] Dr. Muhammad ‘Ajaj Al Khatib. Ushul Al Hadis; Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), Catatan kaki hal. 18.

[5] Dr. Muhammad ‘Ajaj Al Khatib. Ushul Al Hadis. Catatan kaki hal. 19.

[6] Endang Soetari. Ilmu Hadis; Kajian Riwayah dan Dirayah (Bandung: Amal Bakti Press, 2000), hal. 57.

This entry was posted in Hadis, makalah and tagged , , . Bookmark the permalink.

4 Responses to Hadis Qudsi

  1. Assalamu alaekum wr.wb. Numpang baca ya bro. Aq lagi butuh bgt neh siraman rohani bro.

  2. orisogi says:

    Share dong bro yg ini.. Suka bgt deh ttg hadist.. Thanks.

Leave a comment