MASUK SURGA TERGANTUNG AYAT TERAKHIR


Di dalam sebuah hadis disebutkan:

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الْحَفَرِيُّ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا – رواه الترميذي

Dari Mahmud bin Ghailan dari Abu Daud Al-Hafari dan Abu Nu’aim dari Sufyan dari ‘Ashim bin Abi An-Najud dari Zir dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi Muhammad saw. bersabda: Dikatakan kepada ahli Al-Qur’an: “Bacalah, naiklah dan tartilkanlah sebagaimana kamu membaca Al-Qur’an dengan tartil sewaktu di dunia. Karena sesungguhnya kedudukanmu terdapat pada ayat terakhir yang kamu baca dari Al-Qur’an”. (HR. Tirmidzi).

Kualitas Hadis

Hadis di atas, selain diriwayatkan Imam Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban dengan beberapa jalur periwayatan. Berikut penjelasannya.

  1. Hadis di atas lafaz dan matannya diriwayatkan Imam Tirmidzi di dalam kitabnya Sunan Al-Tirmidzi Juz 10 nomor 2838. Sebagaimana terlihat, dalam jalur periwayatannya terdapat Mahmud bin Ghailan. Menurut para ahli hadis, Mahmud termasuk perawi yang sebagian hadis-hadisnya dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, dan sebagian lainnya tidak. Hal ini dikarenakan dia sering ditemukan lupa (pikun) dalam menyampaikan beberapa hadis di masa tuanya. Meski demikian, hadis ini disampaikannya sebelum ia terlalu tua dan pikun. Oleh karenanya, Tirmidzi masih bisa memaafkan dan mengambil hadis ini darinya. Hadis ini juga diriwayatkan Tirmidzi dari Bundar dari Abdurahman bin Mahdi dari Sufyan dari ‘Ashim dari Zir dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi Muhammad saw. Jalur periwayatan ini tidak terdapat masalah, meski kualitas perawi Bundar itu shuduq (diakui kejujurannya) serta tidak sebaik perawi-perawi sebelumnya yang tsiqqah (terpercaya).
  2. Tirm idzi juga meriwayatkan hadis serupa dengan lafaz dan matan yang berbeda dengan hadis di atas, terdapat di dalam Juz 10 nomor 2839. Jalur periwayatan hadis ini adalah: (a) Nashr bin Ali, Abdus Shomad bin Abdul Waris, Syu’bah, ‘Ashim, Abu Sholih, Abu Hurairah, Nabi saw. (b)Muhammad bin Basyar, Muhammad bin Ja’far, Syu’bah, ‘Ashim, Abu Sholih, Abu Hurairah. Sanad pertama adalah marfu’ (Nabi Muhammad benar-benar menyampaikan hadis ini dan para perawi menyebutkan atau menyandarkannya kepada Nabi). Berbeda dengan sanad kedua yang mauquf, yakni para perawi tidak menyebutkan bahwa hadis ini berasal dari Nabi, tetapi dari sahabat Abu Hurairah. Meskipun demikian, kualitas sanad kedua lebih bagus dibanding sanad pertama karena Muhammad bin Ja’far lebih tsiqqah (terpercaya) dan lebih kuat hafalannya dibanding Abdus Shomad pada sanad pertama.
  3. Abu Daud meriwayatkan hadis ini dari Yahya dari Sufyan dari ‘Ashim dari Zir dari Abdullah bin ‘Amr dari Ras ulullah saw. Secara keseluruhan sanad ini tidak bermasalah sedikit pun, selain sanadnya marfu’ juga para perawinya tsiqqah. Hadisnya terdapat dalam Sunan Abi Daud Juz 4 nomor hadis 1252.
  4. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui sanad Abu Bakar bin Syaibah dari Ubaidullah bin Musa dari Syaiban dari Firas dari ‘Athiyyah dari Abu Sa’id Al-Khudri dari Nabi Muhammad saw. Keseluruhan perawi ini tsiqqah kecuali ‘Athiyyah termasuk perawi yang dha’if (lemah hafalan dan tidak dapat dipercaya). Hadisnya terdapat di dalam Sunan Ibnu Majah Juz 11 nomor 3770.
  5. Ahmad bin Hanbal meriwayatkan melalui dua jalur, yaitu: (a) Abdurahman dari Sufyan dari ‘Ashim dari Zir dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi Muhammad saw. Hadisnya terdapat di dalam Musnad Ahmad Juz 14 hadis nomor 6508. (b) Waki’ dari Al-A’masy dari Abu Sholih dari Abu Hurairah atau dari Abu Sa’id Al-Khudri. (Juz 20 hadis nomor 9706). Sanad pertama tidak ada masalah karena termasuk hadis marfu’ dan sanadnya juga sama dengan sanad Tirmidzi di atas. Sedangkan sanad kedua termasuk sanad yang mawquf karena tidak bersandar kepada Nabi saw., selain itu terdapat keraguan Al-A’masy (karena lupa) bahwa Abu Sholih pernah menerima had is ini apakah dari Abu Hurairah atau Abu Sa’id. Oleh karena itu, sanad hadis yang kedua dha’if (lemah) dan mawquf (terputus).
  6. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Muhammad bin Ubaidillah dari ‘Uqbah bin Mukrim dari Ibnu Mahdi dari Sufyan dari ‘Ashim dari Zir dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Rasulullah saw. Sanad hadis ini sempurna dan tidak bermasalah. Hadisnya terdapat di dalam Shahih Ibnu Hibban Juz 4 nomor hadis 767.

Berdasarkan penjelasan di atas, hadis tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah. Terlepas dari adanya beberapa perawi yang kurang dan atau tidak berkualitas, hadis ini telah diriwayatkan melalui beberapa sanad (jalur periwayatan) yang cukup banyak dan membuat hadis ini dapat dikatakan sebagai hadis masyhur (terkenal). Dari sisi sahabat, hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr, Abu Hurairah dan Abu Sa’id

Al-Khudri. Dari sisi kategori kualitas, At-Tirmidzi menyebutkan bahwa hadis ini termasuk hadis hasan shahih. Artinya, secara individu hadis termasuk hasan tetapi ia menjadi kuat karena terdapat hadis hasan dan shahih lainnya yang diriwayatkan oleh para perawi lain, seperti Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Hibban. Dalam hal ini, hadis Ibnu Majah tereliminasi karena dha’if.

Namun, perlu diingat bahwa pengkategorian hasan dan shahih menurut Tirmidzi berbeda dengan Bukhori dan Muslim. Ringkasnya, kategori shahih menurut Tirmidzi berarti hasan menurut Bukhori-Muslim, dan kategori hasan menurut Tirmidzi berarti dha’if menurut Bukhori-Muslim.

Penjelasan Hadis

Hadis ini berbicara tentang kedudukan seseorang di surga nanti bergantung pada ayat Al-Qur’an terakhir yang dibaca. Pada hari kiamat nanti ketika manusia akan masuk ke surga, datang Al-Qur’an dalam wujud yang Allah kehendaki dan berkata: “Wahai Tuhanku, hiasilah orang ini”. Maka Allah memberinya pakaian kemuliaan. Wujud Al-Qur’an itu berkata: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah”. Maka Allah menambahnya dengan berbagai perhiasan dan pakaian yang lebih mulia dari sebelumnya. Sosok Al-Qur’an berkata lagi: “Wahai Tuhanku, berikanlah keridhaan-Mu untuknya”. Maka Allah meridhainya dan berkata: “Bacalah Al-Qur’an dan tartilkanlah bacaannya sebagaimana kamu membaca Al-Qur’an di dunia sembari kamu masuk ke dalam surga lalu naiklah terus sampai lidahmu berhenti membaca, maka di surga tingkat itulah kamu tinggal.

Al-Mundziri di dalam kitab Al-Targhib wa Al-Tarhib, bahwa Al-Khattabi pernah berkata, ada atsar sahabat menjelaskan bahwa surga itu terdiri dari beberapa tingkat yang jumlahnya sama dengan jumlah juz Al-Qur’an, yaitu 30 Juz. Setiap tingkat mempunyai keutamaan dan jenis kenikmatan berbeda dengan tingkat selanjutnya dan tingkat yang paling utama dan sempurna kenikmatannya adalah tingkat paling atas (tingkat ke-30). Oleh karenanya, setiap orang yang akan memasuki surga bergantung pada kebiasaan dia membaca Al-Qur’an ketika di dunia. Apabila ia pernah dan istiqomah selalu khatam (tamat) membaca Al-Qur’an hingga akhir hayatnya, maka surga tingkat ke-30 merupakan pahalanya nanti. Sedangkan mereka yang seumur hidupnya selalu membaca Al-Qur’an tetapi belum pernah khatam, maka tingkatan di surga adalah sesuai dengan bacaan dan juz terakhir yang pernah dibaca di dunia. Misalnya, bila seseorang membaca Al-Qur’an sampai Juz ke-10 dan seumur hidupnya belum pernah membaca sampai tamat, lalu meninggal dunia maka balasannya nanti adalah surga tingkat ke-10. Begitu seterusnya.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan di dalam hadis ini, yakni perintah untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil. Secara bahasa, tartil artinya sama dengan qiroat, yaitu bacaan. Akan tetapi yang dimaksud di sini adalah membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Baik dalam makhraj hurufnya dan benar dalam tajwidnya. Oleh karena itu, hadis ini sering digunakan sebagai hujjah atau dalil keutamaan mempelajari Al-Qur’an. Dimana orang yang mau belajar Al-Qur’an untuk kemudian mengamalkannya, maka pahala keutamaannya adalah masuk surga sesuai dengan tingkatan atau juz yang pernah ia baca semasa hidupnya.

Wallahu a’lam bis showab.

Lampiran Hadis-Hadis

Sunan Tirmidzi Juz 10, hal. 156, hadis no. 2838

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الْحَفَرِيُّ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

Sunan Tirmidzi Juz 10, hal. 157, hadis no. 2839

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَجِيءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ نَحْوَهُ وَلَمْ يَرْفَعْهُ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَذَا أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الصَّمَدِ عَنْ شُعْبَةَ

Musnad Ahmad Juz 14, hal. 46, hadis no. 6508

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْقَ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Musnad Ahmad Juz 20, hal. 249, hadis no. 9706

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنِ أَبِي صَالِحٍ عَنِ أَبِي هُرَيْرَةَ أَوْ عَنِ أَبِي سَعِيدٍ شَكَّ الْأَعْمَشُ قَالَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اقْرَهْ وَارْقَهْ فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Sunan Abu Daud Juz 4, hal. 263, hadis no. 1252

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ حَدَّثَنِي عَاصِمُ بْنُ بَهْدَلَةَ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Shahih Ibnu Hibban Juz 4, hal. 25, hadis no. 767

أخبرنا محمد بن عبيد الله بن الفضل الكلاعي بحمص حدثنا عقبة بن مكرم ، حدثنا ابن مهدي ، عن الثوري ، عن عاصم ، عن زر ، عن عبد الله بن عمرو ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يقال لصاحب القرآن يوم القيامة : اقرأ وارق ورتل كما كن ت ترتل في دار الدنيا ، فإن منزلتك عند آخر آية كنت تقرؤها

Sunan Ibnu Majah Juz 11, hal. 222, hadis no. 3770

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَنْبَأَنَا شَيْبَانُ عَنْ فِرَاسٍ عَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ إِذَا دَخَلَ الْجَنَّةَ اقْرَأْ وَاصْعَدْ فَيَقْرَأُ وَيَصْعَدُ بِكُلِّ آيَةٍ دَرَجَةً حَتَّى يَقْرَأَ آخِرَ شَيْءٍ مَعَهُ

This entry was posted in Hadis, mistis, Penelitian and tagged , , , . Bookmark the permalink.

1 Response to MASUK SURGA TERGANTUNG AYAT TERAKHIR

  1. sb says:

    sumber/dalil “penjelasan hadits”di atas dari mana ya??

Leave a comment